Perempuan adalah hebat, perempuan adalah perkasa. Perempuan tidak bisa berlari dan sembunyi dari takdir, meski takdirnya sangat pedih.
Kebahagiaan perempuan kadang harus terenggut begitu saja karena takdir. Tapi perempuan harus berdiri tegak, tetap menyongsong mentari, walaupun kebingungan masih nampak.
Tahun 1999, Ayahanda pergi untuk selama-lamanya menghadap Ilahi Robbi, dengan meninggalkan 7 orang anak, dimana anak terkecil masih sekolah kelas 6 SD. Saya anak pertama baru selesai D3, sementara adik-adik saya, 2 orang kuliah, 2 orang di SMA, 1 orang di SMP, dan 1 orang lagi di SD.
Yang saya fikirkan saat itu, bagaimana menyekolahkan adik-adik saya yang masih kecil-kecil, sementara saya kerja juga belum. Mungkin ibu saya pun berfikir sama dengan saya. Tak terbayang bagaimana galau dan kalutnya ibu saya, seorang ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan pensiunan almarhum ayah saya, harus tegar menghadapi semua itu. Tapi jika takdir kita serahkan semuanya pada Allah SWT, InsyaAllah semuanya akan berjalan, mengalir seperti air. Alhamdulllah, kami sudah bisa melewati itu semua.
Dan perempuan mengalami takdir yang lainnya.
Mungkin sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu, suami dari Bibi (Tante) saya, meninggal dunia, meninggalkan istri dan 2 orang anak yang masih SD. Sedih membuncah dalam dada Bibi saya, saya pun bisa ikut merasakan kesedihan itu. Di usia muda, Bibi saya harus kehilangan suami yang dicintainya.
Tapi ketika kesedihan itu belum juga pupus, Bibi saya harus kehilangan anak bungsunya. Ya.. Allah, harus seperkasa apalagikah perempuan jika harus menghadapi itu semua? harus setegar apalagikah jika meghadapi takdir demikian? Tapi Alhamdulillah Bibi saya bisa melewati hari-hari beratnya.
Tapi ketika kesedihan itu belum juga pupus, Bibi saya harus kehilangan anak bungsunya. Ya.. Allah, harus seperkasa apalagikah perempuan jika harus menghadapi itu semua? harus setegar apalagikah jika meghadapi takdir demikian? Tapi Alhamdulillah Bibi saya bisa melewati hari-hari beratnya.
Menjadi perempuan memang berat, tapi perempuan telah dikaruniai 'sesuatu' yang dahsyat oleh Yang Maha Kuasa. Keperkasaan, ketegaran, kekuatan dipadu dengan kelembutan hatinya membuat siapapun akan terkagum-kagum. Diantara deritanya, perempuan harus bisa berdiri tegak laksana karang di lautan, perempuan harus bisa tersenyum menyambut matahari, dan tak salah jua bila ingin menangis ketika rembulan datang.
#Nulisnya sambil berkaca-kaca :)#
#Teruntuk Lampu Bohlam#
Salut buat bibinya, semoga selalu diberi keikhlasan, sabar, dan tabah. aamiin
ReplyDeleteAamiin, terima kasih atas doanya :)
ReplyDeletesemoga tegar selalu untuk mbak, ibu dan bibi ya
ReplyDelete@ puteriamirillis : Terima kasih, ya...
ReplyDeletemantap... teh santi :D
ReplyDelete@ Topics : Makasih :)
ReplyDeletesalut banget :-)
ReplyDeleteSalam kenal ya...
di tunggu kunjungan baliknya + komentarnya juga hehehe
Salam kenal kembali :) sudah meninggalkan jejak lho... :)
ReplyDelete@ agnes : Makasih ya.. sudah mampir :)
ReplyDeleteWanita memang mahluk tangguh, kuat menahan rasa sakit. Jika tidak, tak mungkin kita dikodratkan untuk Hamil, betul apa betul ? Aq follow ya mak blognya, follow back. Tq
ReplyDelete@yanti : iya mbak,trimakasih.
ReplyDeletetenryata banyak perempuan-perempuan kuat
ReplyDeleteIya mba, di luar sana masih banyak lagi..
ReplyDelete