Saya mengetahui cukup banyak manfaat dari daun-daunan/tanaman yang tumbuh di Indonesia yang bisa dijadikan jamu dari mamah saya. Di pekarangan rumah mamah saya, banyak ditumbuhi tanaman-tanaman obat keluarga. Semisal kumis kucing, daun saga, daun mangkokan, tanaman mengkudu, daun katuk, lidah buaya dan lain-lain. Mamah saya sering membuatkan saya minuman dari tanaman obat tersebut ketika saya terserang suatu penyakit. Seperti misalnya ketika saya sariawan atau panas dalam, maka mamah saya akan membuatkan obat dari daun saga yang diminum airnya. Atau ketika saya sakit kencing/anyang-anyangan, mamah saya juga yang membuatkan obat dari tanaman kumis kucing. Mamah saya pula yang suka membuatkan minuman gula asem jika saya sakit panas. Minuman gula asem ini terbuat dari asem kandis dan gula merah yang diseduh air panas. Saya senang minum minuman ini. Walaupun saya sedang tidak sakit, saya suka minum minuman gula asem ini. karena rasanaya yang segar. Minuman ini untuk memulihkan demam/panas pada tubuh.
Dulu, almarhum ayah saya memiliki riwayat penyakit kencing manis. Selain meminum obat-obatan dari dokter, mamah saya juga membuatkan obat/jamu untuk ayah saya dari buah mengkudu. Kata mamah saya, rasanya sangat tidak enak, tapi demi kesembuhan, ayah saya rela sering meminum ramuan dari buah mengkudu tersebut. Kata mamah saya, yang diminum dari buah mengkudu ini adalah airnya. Buah mengkudu yang matang diperas dan diambil airnya untuk diminum.
Karena mamahlah saya jadi tahu manfaat dari tanaman obat keluarga tersebut. Saya pun sebagai seorang ibu, seharusnyalah memberikan pengetahuan kepada anak-anak saya mengenai berbagai macam manfaat dari tanaman obat keluarga sebagai cara agar jamu sebagai minuman tradisional Indonesia dapat terjaga kelestariannya. Selayaknya juga para ibu-ibu yang seakan tak bisa berbuat apa-apa karena rumah-rumah sekarang hanya memiliki pekarangan yang sempit, tidak seperti rumah-rumah zaman dahulu, zaman dimana orang tua kita muda dulu. Justru disitulah tantangannya, dan para ibu-ibu diajak untuk bisa berfikir kreatif dalam menciptakan dan melestarikan tanaman jamu Indonesia melalui TOGA dengan pekarangan yang ala kadarnya/sempit. Misalnya menanam TOGA lewat pot atau media lainnya yang jika kita mau sedikit mencari informasi di internet pun banyak tehnik dalam menanam tanaman dengan pekarangan sempit.
Selain sekarang ini jamu sudah banyak modifikasinya seperti minuman jamu dalam bentuk botol dll, belum lama ini, saya membaca berita di koran bahwa di kota Solo, ada kafe dimana kafe tersebut khusus menjual jamu. Woww keren banget ya... Idenya sangat hebat. Bukan hanya kafe-kafe yang berisi dengan minuman kopi, teh ataupun juice, tapi kita pun bisa minum jamu di kafe. Minum jamu dalam kafe, pastinya memberikan sensasi tersendiri. Jamu sebagai minuman tradisional akan naik pamor. Setidaknya nama kafe jamu lebih terkesan keren dibanding dengan nama warung jamu. Dimana suasana kafe pun tentunya berbeda dengan suasana warung. Seandainya kafe-kafe jamu sudah merambah ke kota-kota yang lain, jamu sebagai minuman kesehatan tradisional Indonesia akan semakin lestari.
Di kantor tempat saya bekerja pun, kantor daerahnya, di pekarangan kantornya, ditanami TOGA sebagai upaya melestarikan jamu Indonesia lewat TOGA. Tentu saya merasa senang akan ide menanam TOGA di pekarangan kantor ini. Berikut adalah sebagian tanaman yang ditanam di pekarangan kantor.
Tanaman Binahong
Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten). Steenis) Daun Binahong dilaporkan mengandung saponin, alkaloid dan polifenol. Karena kandungan saponinnya, binahong berkhasiat sebagai antibakteri sehingga banyak digunakan sebagai penyembuh luka, termasuk luka setelah operasi. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa binahong memiliki aktivitas antikejang. Di samping itu, binahong juga dapat menyembuhkan batuk dan radang paru-paru. Tanaman ini secara empiris dilaporkan dapat menambah dan mengembalikan vitalitas daya tahan tubuh.
Tanaman Kumis Kucing
Tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq) digunakan untuk menanggulangi berbagai penyakit. Di Indonesia daun yang kering (simplisia) dipakai sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk, encok, masuk angin dan sembelit. Di samping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untuk pengobatan radang ginjal, batu ginjal, demam, kencing manis, albuminuria, penyakit syphilis, reumatik, hipertensi dan menurunkan kadar glukosa darah. Selain itu, kumis kucing digunakan sebagai antiinflamasi, antioksidan dan antibakteri.
Waktu saya kecil dulu, saya senang sekali makan biji petai cina. Di halaman kantor ayah saya dulu ada tanaman ini. Saya sering mengambil petai cina ini langsung dari pohonnya dan memakan bijinya. Rasanya enak banget, walaupun isinya kecil-kecil :) Ternyata, biji petai cina ini ada manfaatnya lho...
Petai Cina yang memiliki nama latin Leucaena leucocephala, LMK. de wit, bijinya dapat mengurangi tingkat glukosa darah, mengobati diabetes, cacingan, bengkak dan radang ginjal. Di Amerika ramuan dari akar dan kayu petai cina biasanya digunakan sebagai obat perontok rambut dan kontrasepsi. Akar tanaman ini juga dapat mengobati haid tidak teratur. Selain itu petai cina juga memiliki potensi sebagai antibakteri, dan seluruh bagiannya dapat digunakan sebagai obat susah tidur, luka terpukul, patah tulang, abses paru dan bisul.
Saya perhatikan, dulu ketika Alm. ayah saya masih aktif bekerja sebagai abdi negara dan mamah saya masih aktif di kegiatan ibu-ibu Dharma Wanita, Ada program dimana ibu-ibu Dharma Wanita ini dianjurkan untuk menanam TOGA di pekarangan rumahnya. Sehingga tak aneh jika di pekarangan rumah setiap orang, pasti banyak tertanam TOGA. Sekarang ini, sepertinya TOGA sudah jarang terlihat di setiap pekarangan rumah, kecuali di pekarangan rumah ibu-ibu zaman dahulu, seperti di pekarangan rumah mamah saya dan ibu mertua saya. Sepertinya memang dulu pemerintah menganjurkan kepada para ibu untuk menanam TOGA di pekarangan rumah masing-masing. Saya sekarang ini juga berharap bahwa anjuran pemerintah dulu terus dilanjut sampai sekarang. Jadi pekarangan setiap rumah dihiasi penuh oleh TOGA. Juga saya berharap di setiap kelurahan atau setiap desa ada lahan percontohan untuk TOGA dan dijadikan tempat belajar para siswa-siswi di sekitarnya sebagai bahan observasi dan pengetahuan untuk mereka, menjadi tahu akan mafaat dari masing-masing tanaman tersebut. Sehingga diharapkan kita semua bisa melestarikan jamu Indonesia lewat TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
Referensi :
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection
http://biofarmaka.ipb.ac.id/publication/journal
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/604-herbal-plants-collection-kumis-kucing
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/593-herbal-plants-collection-binahong
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/570-herbal-plants-collection-petai-cina
Tanaman Lidah Buaya
Tanaman lidah buaya yang memiliki nama latin Aloe vera atau Aloe barbadensis Milleer memiliki manfaat untuk penyubur rambut, penyembuh luka dan perawatan kulit. Tanaman lidah buaya bahkan sekarang ini sudah dijadikan minuman kesehatan yang sudah dikemas. Rasanya seperti nata de coco, kenyal-kenyal, membuat segar.
Saya perhatikan, dulu ketika Alm. ayah saya masih aktif bekerja sebagai abdi negara dan mamah saya masih aktif di kegiatan ibu-ibu Dharma Wanita, Ada program dimana ibu-ibu Dharma Wanita ini dianjurkan untuk menanam TOGA di pekarangan rumahnya. Sehingga tak aneh jika di pekarangan rumah setiap orang, pasti banyak tertanam TOGA. Sekarang ini, sepertinya TOGA sudah jarang terlihat di setiap pekarangan rumah, kecuali di pekarangan rumah ibu-ibu zaman dahulu, seperti di pekarangan rumah mamah saya dan ibu mertua saya. Sepertinya memang dulu pemerintah menganjurkan kepada para ibu untuk menanam TOGA di pekarangan rumah masing-masing. Saya sekarang ini juga berharap bahwa anjuran pemerintah dulu terus dilanjut sampai sekarang. Jadi pekarangan setiap rumah dihiasi penuh oleh TOGA. Juga saya berharap di setiap kelurahan atau setiap desa ada lahan percontohan untuk TOGA dan dijadikan tempat belajar para siswa-siswi di sekitarnya sebagai bahan observasi dan pengetahuan untuk mereka, menjadi tahu akan mafaat dari masing-masing tanaman tersebut. Sehingga diharapkan kita semua bisa melestarikan jamu Indonesia lewat TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection
http://biofarmaka.ipb.ac.id/publication/journal
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/604-herbal-plants-collection-kumis-kucing
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/593-herbal-plants-collection-binahong
http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/570-herbal-plants-collection-petai-cina
Beneerrr ini maaak. Jamu itu buanyaaak manfaatnya dan wajib banget untuk kita lestarikan yaaa
ReplyDeletebetul mak....kita harus bangga pada jamu tradisional Indonesia :)
Deletepenting punya tanaman obat di rumah ya
ReplyDeleteiya mba.... :)
DeleteHmmm sudah gatel pengin nanem tanaman2 bermanfaat seperti ini tp waktunya blm ada :(
ReplyDeleteiya ya mba, karena tanaman2 sprti itu bermanfaat banget
Deletesaya gak suka jamu, sih. Tapi seneng aja kalau lihat ada halaman yang penuh tanaman termasuk tanaman obat :)
ReplyDeleteKlo ada TOGA di rumah.....P3k nya lebih irit dan alami mbak...
ReplyDeletebetul mak :)
Deleteyaampun pengen juga punya kebun yang isinya tanaman obat :3
ReplyDeleteiya enak ya, kalo punya :)
DeletePasti asyik ya mbak bisa punya toga.
ReplyDeleteiya mba, pastinya :)
DeleteDi sini udah jarang banget si lidah buaya itu, Mbak.
ReplyDeleteApalagi daun mangkuk2an yg dulu sering saya gunakan mainan. :D
kalo lidah buaya dan daun mangkokan masih banyak di sini Idah...
Deletesaya juga jai ingat masa kecil suka main ulek2an pake daun mangkokan.
kereeen, punya tanaman obat di rumah. dulu saya juga dikasih binahong sama bapak tapi ga telaten merawatnya. katanya ga boleh merambat ke besi ya. kebetulan kemain merambatnya ke pagar besi
ReplyDeletesaya juga baru tahu kalo binahong gak boleh merambat ke besi mak
DeleteTOGA sangat populer jaman Pak Harto
ReplyDeleteSemoga warga masih memanfaatkan laman dengan TOGA
Saya punya pohon Mahkota Dewa saja
Terima kasih atas infonya
Salam hangat dari Surabaya
betul pakde, waktu jamannya pak Harto, sepertinya pekarangan rumah2 penuh akan TOGA, tapi skrg sayangnya tdk digalakkan kembali.
DeleteDulu... mahkota dewa sepertinya blm tenar seperti skrg ya Pakde, jadi dulu sih gak punya tanaman mahkota dewa, tapi skrg sih punya
saya pun mulai menanam tanaman obat di rumah terutama yang sekalian buat bumbu dapur hehe..sangat membantu pas lagi butuh dan ga ada di tukang sayur
ReplyDeletebetul mak, membantu banget :)
Deleteiya betul. makasih :)
ReplyDeletekalau lokasi perumahan, karena lahannya sempit dan banyak yang dicor paling pakai media seadanya, pakai pot atau polibag, namun kadang perkembangannya tidak sebaik yang ditempatkan pada tanah bebas.
ReplyDeletememang ada yg seperti itu, tapi daripada tak ada sama sekali kan?
DeleteWah keren punya Toga. Aku mo bikin ah, kebetulan pekarangan agak luas..
ReplyDeleteBtw, aku follow blognya, ya. Follow aku juga dong. Hehehehehe... fakir follower nih, Mak :D
wah.. senang kalo pekarangan luas ya... sudah saya follow jauh2 hari mba :)
Deletewaaahhh kebayang deh hijaunya halamanmu mba, aku melihara tanaman kurang telaten, yang ada layu huhu padahal pengen juga punya toga, coba bikin lagi ah...
ReplyDeletesaya juga gak telaten kalo urusan tanaman mah mba, gak kayak mamah saya :)
Deletepengen punya tanaman sendiri dirumah tapi males :D huahah
ReplyDeletesaya juga suka kebawa males mak... :(
Deleteiya dulu di rumah orang tuaku juga banyak TOGA, waktu kecil aku juga suka petai cina, sering makan bareng temen-temen :)
ReplyDeleteseneng ya, kalo mengingat kenangan waktu kecil :)
Deletedi rumah lagi merambatkan binahong mbak, sayangnya sirih merah punya saya mati karena ketiban adonan semen T_T
ReplyDeletesayang banget mak, sirih merah kan agak sulit didapat :)
DeleteOoo petai cina ternyata banyak sekali ya manfaatnya. Baru tahu saya. Selama ini saya lebih sering menyebutnya lantoro atau kentoro ini yg kecil-kecil ato jenis lama, untuk yang baru sebagaimana dalam foto di atas, di desa saya disebut lamtoro gung.
ReplyDeletesaya juga baru tahu kalo lamtorogung itu petai cina :)
Deletejadi pengen nanem juga tanaman obat di rumah. ada daun karuk buat batuk, tp mati krna kering. sementara baru punya pohon salam n lidah buaya nih
ReplyDeletebaru tahu ada daun karuk :)
DeleteAku pengen mak, tapi aku nya ga suka berkebun. Piye ya?
ReplyDeletePengen banget nanem kunyut sereh cave, tapi Kayanya sebelumnya kudu nawaitu love gardening Dulu ya.
Hehehe
Makasih kunjungannya
Akuratu.com
saya juga sebenarnya gak terlalu suka berkebun mba, mamah saya yg suka. Tapi memang harus ya... :) Terima kasih kembali sudah berkunjung
DeleteDi halaman rumahku juga banyak pot pot yang isinya TOGA. Hidup bareng sama tanaman sayurku hihihi Alhamdulillah banyak banget manfaatnya :D
ReplyDeleteAlhamulillah ya mak Pungky, pasti banyak banget manfaatnya
DeleteJika anak sakit, saya juga lebih ngutamain TOGA dulu, kalau sudah tiga hari blm sembuh juga, baru dibawa ke dokter :)
ReplyDeletelebih aman ya mba...
DeleteWah bermanfaat dan.menginspirasi banget mbak..cumanya saya kalo nanam sesuatu sering gagal nggak tahu kenapa...semoga nanti juga bisa punya TOGA dihalaman rumah
ReplyDeleteBunda juga suka mananam beberapa macam tanaman obat-obatan, tapi tentang daun binahong itu, setau Bunda adalah tanaman merambat dan obat untuk stroke. Bunda menanamnya satu setengah tahun yang lalu untuk mengobati anak lelaki Bunda yang kena stroke. Tapi daunnya berbentuk hati dan menjalar seperti tanaman sirih.
ReplyDeletesaya baru tahu Bunda, kalo Binahong di tmpt saya,manfaat yg sering digunakan utk mengobati luka
Deletesenada dengan pendapat BUnda Yati, binahong yg saya kenal spt yg di deskripsikan oleh bunda yati. Kalau tanaman yg disebut binahong (spt dlm gambar), saya mengenalnya dgn nama gingseng jawa.
ReplyDeleteoo gitu ya... di tempat saya, gbr diatas adl Binahong
Deletemenunggu rumah selesai, baru deh mulai menanam lagi, hehe.
ReplyDeletetfs, Mak
semoga rumahnya cepat selesai ya mak, dan bisa menanam TOGA :)
Deletepengen banget berkebun toga mbak...asik sepertinya....
ReplyDeleteyuuk... menanam TOGA :)
Deletesilaturahim aja yaaa... dah lama gak maen ke sini! Mohon maaf lahir dan batin .... :) :)
ReplyDeleteMakasih sdh mampir. Maaf lahir bathin juga ya...
DeleteYaaa ampun masih ada yaa istilah TOGA ini hahaha. Gw inget nya jama pelajaran SD dulu :-)
ReplyDeletekalo waktu saya sekolah dulu istilahnya apotik hidup :)
DeleteDi rmh saya sekarang hanya ada daun sirih, kumis kucing, sereh. Semuanya ditanam di pot ☺
ReplyDeletewaah... lumayan ya TOGA nya :)
DeleteSaya kira TOGA yang dipakai untuk kelulusan. Ternyata, ada juga istilahnya buat dunia per-jamu-an indonesia yah! ^_^
ReplyDeleteOiya Mak, sekalian info, lagi ada #GiveAwayLebaran nih, ikut ya http://heydeerahma.com/index.php/2015/07/13/kontes-blog-giveaway-lebaran-bersama-heydeerahma/
iya. terima kasih infonya :)
Deleteselamat ya mak sudah menang, tulisannya memang bagus..
ReplyDeleteAlhamdulillah mba, terima kasih :)
Deleteselamak mak Santi. keren!
ReplyDeleteTerima kasih mak :)
Deletewah selamat nih mbaa,...jadi jawara :)
ReplyDeleteiya mba, terima kasih :)
DeleteSelamat, mak. Udah menang lombanya.
ReplyDeleteMakasih Ila.... :)
DeleteWuaaah...juaraaaa....selamat ya mak. Sukses terus
ReplyDeletemakasih yaaa..., Alhamdulillah...
ReplyDeleteSelamat mb santi ♥ tulisannya informatif sekali
ReplyDeleteterimakasih banyak mbak Listia...
Delete