Farras sewaktu masih TK A (usia 4 tahun) |
Peristiwa ini sudah lama terjadi sebenarnya, tapi masih saya ingat dan miris hati saya jika mengingatnya. Entah apa yang ada di hati anak saya saat itu dan sekarang, jika anak saya masih ingat, karena memang peristiwanya terjadi pada anak sulung saya, Farras.
Saat itu Farras masih sekolah TK, usianya masih 4 tahun. Berarti itu sekitar 6 tahun yang lalu. Walaupun saat itu usianya masih sangat belia, tapi saya perhatikan Farras sudah memiliki empati yang baik. Aalhamdulillah, saya sangat bersyukur akan hal itu.
Suatu hari Farras berangkat sekolah seperti biasanya. Dan hari itu Farras minta dibawain uang Rp. 1.000,- untuk jajan di warung dekat sekolah katanya. Saat pulang sekolah, Ayah Farras a.k.a suami saya menjemput Farras. Saat itu Farras sedang membeli sesuatu di warung dekat sekolahnya dari uang yang tadi pagi saya bawakan untuk Farras. Ternyata uangnya tidak dibelikan semua. Farras hanya membeli makanan sejumlah Rp. 500,- Sisanya Farras kantongin.
Selepas jajan, Farras melihat ada pengemis bapak tua. Lalu tanpa pikir panjang lagi, uang sisa jajannya yang tinggal Rp. 500,- Farras berikan pada pengemis bapak tua itu. Saat itu memang suami saya mengamati gerak gerik Farras, tapi Farras belum menyadari kedatangan Ayahnya. Tanpa Farras duga, si pengemis menolak pemberian Farras yang hanya Rp. 500,- Si pengemis itu sempat berkata, "Minta tambah lagi sama Ibu..." Farras cuma menggelengkan kepalanya lalu mengantongi lagi uang yang Rp. 500,- itu, karena si pengemis tak mau menerima pemberian Farras. Suami saya lalu mendatangi Farras yang masih berada di depan si pengemis. Ayah Farras bertanya, ada apa? Farras pun langsung bercerita, kalau pengemis itu gak mau dikasih uang Rp. 500,- sama Farras, dia minta lagi. Lalu suami saya pun mengajak Farras pulang.
Mendengar cerita suami saya, saya sempat geleng-geleng kepala. Miris banget sih... Ada anak kecil yang punya empati, malah ditolak. Padahal diterima aja kenapa, lalu bilang terima kasih, gitu aja kok susah... Saya akhirnya malah ngedumel sendiri. Kan kasihan Farras-nya, apa yang ada dibenaknya nanti, kepeduliannya malah tidak diterima. Kami di rumah mengajarkan empati pada orang lain, eh... yang di-empati-in sama Farras malah menolak. Bukannya membuat semangat anak-anak kecil untuk bisa terus memberi walaupun tak punya, malah mematahkannya. Akhirnya saya dan suami saya yang membesarkan hati Farras. Kami hanya khawatir Farras akan merasa kapok untuk memberi lagi. Namanya anak kecil kan ya.... Kami tetap memberi support Farras supaya terus selalu menanamkan semangat ingin memberi, jangan pernah pudar, terus memiliki jiwa empati, jangan pernah hilang.
Mungkin teman-teman pun memiliki pengalaman yang sama dengan saya? Tetap beri dukungan anak-anak untuk selalu memberi ya teman-teman, jangan hanya karena satu pengemis menolak pemberian kita, lantas anak-anak tak lagi mau memberi, dengan alasan kapok atau alasan-alasan lainnya.
Selepas jajan, Farras melihat ada pengemis bapak tua. Lalu tanpa pikir panjang lagi, uang sisa jajannya yang tinggal Rp. 500,- Farras berikan pada pengemis bapak tua itu. Saat itu memang suami saya mengamati gerak gerik Farras, tapi Farras belum menyadari kedatangan Ayahnya. Tanpa Farras duga, si pengemis menolak pemberian Farras yang hanya Rp. 500,- Si pengemis itu sempat berkata, "Minta tambah lagi sama Ibu..." Farras cuma menggelengkan kepalanya lalu mengantongi lagi uang yang Rp. 500,- itu, karena si pengemis tak mau menerima pemberian Farras. Suami saya lalu mendatangi Farras yang masih berada di depan si pengemis. Ayah Farras bertanya, ada apa? Farras pun langsung bercerita, kalau pengemis itu gak mau dikasih uang Rp. 500,- sama Farras, dia minta lagi. Lalu suami saya pun mengajak Farras pulang.
Mendengar cerita suami saya, saya sempat geleng-geleng kepala. Miris banget sih... Ada anak kecil yang punya empati, malah ditolak. Padahal diterima aja kenapa, lalu bilang terima kasih, gitu aja kok susah... Saya akhirnya malah ngedumel sendiri. Kan kasihan Farras-nya, apa yang ada dibenaknya nanti, kepeduliannya malah tidak diterima. Kami di rumah mengajarkan empati pada orang lain, eh... yang di-empati-in sama Farras malah menolak. Bukannya membuat semangat anak-anak kecil untuk bisa terus memberi walaupun tak punya, malah mematahkannya. Akhirnya saya dan suami saya yang membesarkan hati Farras. Kami hanya khawatir Farras akan merasa kapok untuk memberi lagi. Namanya anak kecil kan ya.... Kami tetap memberi support Farras supaya terus selalu menanamkan semangat ingin memberi, jangan pernah pudar, terus memiliki jiwa empati, jangan pernah hilang.
Mungkin teman-teman pun memiliki pengalaman yang sama dengan saya? Tetap beri dukungan anak-anak untuk selalu memberi ya teman-teman, jangan hanya karena satu pengemis menolak pemberian kita, lantas anak-anak tak lagi mau memberi, dengan alasan kapok atau alasan-alasan lainnya.
seringnya memang gitu, mbak. Dan sekarang, pengemis/pengamen, gak mau dikasih uang Rp 500, bahkan kalau di bis-bis kota itu ada yang sampai nawar minta Rp 1000 atau Rp 2000.
ReplyDelete:(
iya memang, tapi ini anak kecil dan itu terjadi 6 tahun yg lalu hiks
Deleteduh kok sebegitunya ya pengemis itu..
ReplyDeletesedih hiks
Deletewah wah...rejeki ko ditolak ya
ReplyDeleteHu... hu... hu... *sedih*
DeleteSemoga Mas Farras nggak kapok untuk berbuat baik ya
ReplyDeleteInsyaAllah enggak... :)
DeleteAda juga di tempat saya, yang kayak gitu. Sekalinya kita kasih lebih eh selanjutnya jg begitu. Pengemis di kampung dan perumahan harganya beda....(waduh kok jadi curhat nih)
ReplyDeletesemoga berbuat baiknya terus sampai dewasa dan sampai menikah,.. amiinnn
ReplyDelete10 jempol bwt farras, dan jempol ke bawah bwt si pengemis,
ReplyDeletegodek2 kepala saya mbk, geleng2, heran, bs2nya gitu yak...
semangat en lanjut berbuat baik trs ya farras, kereenn, :)
Wah, ada yg gitu ya? Semoga Mas Farrasnya tetap semangat berbagi.
ReplyDeleteooo ya ampun....
ReplyDeletesok sekali yg ngemis. smangat berbuat baik ya, Farras
Semangat berbagi telah ditanamkan kepada Farras. Tapi, sayangnya, si pengemis tidak menyadari bahwa berbagi (seberapa pun pemberiannya) adalah proses kebaikan yang selayaknya disambut dengan kebaikan pula. Dia terima pemberian Farras, lalu ucapkan terima kasih, itu sudah menjadi sambutan yang baik atas proses kebaikan yg sedang dilakukan oleh Farras.
ReplyDeleteckckck, segitunya yah pengemis itu :(
ReplyDeletenggak ada rasa bersyukur sama sekali, udah diberi eh malah minta nambah lagi :(
eh... kebalikan ama aku mbak. Aku malah melarang anakku memberi uang pada pengemis. Karena menurutku pengemis itu orang pemalas yang tidak mau bekerja. Jika ada uang mending ajarkan anak2untuk mengisi kotak amal di masjid2 yang ada tulisannya: untuk yatim/dhuafa aja.
ReplyDeleteSaya malah sering diomelin sama pengemis atau pengamen kalau ngasih gopek. Ya kecewa sebel jadi satu udah dikasih kok minta tambah hahahah. Duh mudah2an Farras tetap semangat memberi ya....
ReplyDeleteItulah alasannya kenapa kita NGGA BOLEH ngasih apapun ke pengemis. Kita mengajarkan mereka untuk jadi MALAS dan bener - bener ngga tau diri bzzzzzz. Ak suka sebel deh sama manusia yg begitu, herannnnnnnnnn. Itulah kenapa negri tercinta ini ngga bisa maju. SDMnya begitu huhhhhh aku semosisiiiii mba Santi huhuhu.
ReplyDeletePengemis tak tahu diri dan tak tahu cara bersyukur.
ReplyDeleteSalam hangat dari Surabaya
Pengemis sekarang jual mahal banget, sebab mereka menjadikannya sebagai profesi. Semoga Farras tidak pernah kapok memberi :)
ReplyDeleteyawloh begitu amat pengemisnya :(
ReplyDeleteLebih baik sih mbak tidak usah diberi saja karena kalau diberi terus dianya bakal keenakan dan akan semakin banyak juga pengemis yang baru karena di indonesia itu orangnya terbilang gampang kasihan kalau melihat orang yang agak menderita sedikit, kalau menurut saya mendingan jangan dikasih nanti kalau dikasih dia ketagihan.
ReplyDeleteNah... itu sama seperti cerita anakku tadi malam Mbak
ReplyDeleteKalo ada pengemis yang kayak gitu, jadi nggak simpati lagi. Sudah minta-minta eh malah nglunjak...
ReplyDeleteya ampun ..walah kok begitu pengemisnya
ReplyDeleteKasihannya dedek faras ;( Lebih baik arahkan faras untuk berbagi selain ke pengemis mbak, seperti teman atau tetangga yg membutuhkan. Benar kata komentar teman2 di atas, memberi pada pengemis sebagian besar membuat si pengemis keenakan dan tambah malas.
ReplyDeleteIsh ish kemplang aja tuh pengemisnya. Ga heran dia tetep ngemis karena rejeki kok ditolak?
ReplyDeleteIkutan kzl aku, mbak.
waduh...kebangetan deh. kayak saya mbak. ngasih bukan duit trus ditolak. ya udah saya bilang aja, "mau enggak? kalau nggak mau ya sudah."
ReplyDeletesejak saat itu pengemis itu ga pernah datang lagi. rumah saya di-skip kalau dia lewat.
Pengemisnya sok banget! Jitak aja palanya ...
ReplyDeletePengemis cuma mencari belas kasih sdh mematahkan semangat anak kecil utk belajar berbagi
ReplyDeleteYa ampyuun itu pengemiss??? Ahh kudu jutek sama tuh pengemis yang sombong banget!!
ReplyDeleteMakasih yaa mbak sudah ikutan GA saya.🙎🙎
Nantikan pengumumannya, yaa mbak
Ya ampyuun itu pengemiss??? Ahh kudu jutek sama tuh pengemis yang sombong banget!!
ReplyDeleteMakasih yaa mbak sudah ikutan GA saya.🙎🙎
Nantikan pengumumannya, yaa mbak
Mbak cek pengumuman GA ku ya
ReplyDeletehttp://www.noormafitrianamzain.com/2016/06/pengumuman-giveaway-kebaikan-tak-selalu-baik-di-mata-orang-lain.html