Waktu masih SMA, saya paling senang korespondensi. Berkenalan dengan orang lain yang beda daerah melalui surat. Gak tau kenapa ya, saya suka aja gitu, nulis dan bercerita tentang kita pada orang lain lewat surat. Suka juga membaca kisah teman pena kita melalui surat. Asyik banget. Terkadang kalau surat sahabat-sahabat pena belum datang, suka galau. Kok belum membalas surat saya ya? hehehe.... Teman pena saya saat itu bukan cuma satu atau dua :) Dan dulu gak pernah mikir, biaya pengiriman menggunakan prangko.
Namun sekarang, di era digital, era serba email atau chat lewat media sosial, surat sepertinya sudah mulai dilupakan. Lebih cepat dan praktis menulis lewat email. Iya kalau kita mengabarkan sesuatu pada teman sebaya kita yang memang pastinya sudah tahu cara menggunakan email, dan pastinya punya alamat email. Tapi bagaimana jika kita ingin mengirimkan kabar atau bercerita tentang apa yang ada di pikiran kita pada orang yang lebih tua, seperti orang tua kita atau bahkan nenek dan kakek kita? Lewat telpon dong. Iya kalau orang tua kita tinggal di daerah yang jaringan telponnya bagus, kalau enggak? Yang ada cerita belum selesai, pulsa sudah sekarat :) Atau malah mungkin menelpon, mengirimkan kabar dan ingin mendengar cerita kakek nenek kita tapi pendengaran beliau sudah tidak sebening dahulu? Atau ada orang yang seperti saya, yang suka sekali menulis pada selembar kertas, mencurahkan isi hati lalu dikirimkan, dibanding harus bicara sampai berbusa lewat telpon. Ada lho... orang yang lebih senang menulis segala isi hati dibanding harus berhalo-halo lewat telpon :)
Memang sih, sekarang ini surat sudah sedikit peminatnya, ya... Tapi entah dengan wesel pos. Apakah berkurang juga peminatnya? Sepertinya sih iya... Tapi saya masih menerima kiriman uang melalui wesel. Tepatnya bukan saya sih, tapi buat anak saya, Farras. Jadi di kantor saya ada program beasiswa untuk anak-anak karyawan perusahaan dimana saya bekerja, yang anaknya memiliki prestasi. Dengan minimal nilai raport 7,5. Nilai raport Farras masuk untuk bisa mendapatkan beasiswa tersebut, di atas 7,5. Akhirnya saya mengajukan beasiswa tersebut, dan Alhamdulillah dapet. Pengiriman uangnya setiap satu semester, lewat wesel. Jadi setahun Farras mendapat kiriman uang lewat wesel pos sebanyak dua kali. Dan memang enaknya kirim uang menggunakan wesel pos adalah cepat dan mudah tak perlu rekening. Saat mencairkan uangnya pun tidak repot kok. Tinggal menunjukkan wesel-nya. Namun di kantor pos di kota saya, terkadang berbeda-beda perlakuannya. Ada yang meminta mengisi form dulu, ada yang bilang tidak perlu, ada yang meminta wesel-nya harus di stempel tempat saya bekerja, ada yang mengatakan tidak usah. Sempat bingung juga. Tapi yang paling penting sih, membawa KTP asli dan foto copy KTP.
Banyak diantara kita yang bekerja di kota besar, sementara orang tua kita tinggal di desa. Ada kalanya, sebagai seorang anak, ingin berbakti pada orang tua dengan mengirimkan gaji kita pada orang tua. Dan biasanya, orang tua yang tinggal di desa, yang pekerjaannya bertani, berkebun, dll tak memiliki rekening bank. Lalu bagaimana bisa kita mengirim uang untuk orang tua kita? Salah satu cara kirim uang untuk orang tua kita ya, berarti melalui wesel pos. Dan ternyata, memang kita masih membutuhkan wesel pos, sebagai alat menerima dan mengirimkan uang, bukan hanya rekening bank. Bahkan sekarang, jika kita mengirimkan uang melalui wesel pos, bisa kita lacak pengirimannya melalui web pos Indonesia.
Jadi ingat jaman dulu, bapak suka nge wesel ke nenek di Garut
ReplyDelete