Pernah merasa kesal ketika kita manggil-manggil anak, tapi gak ada respon? Diselidiki ternyata lagi asyik megang gadget. Disuruh untuk ditaro dulu gadget-nya, bilangnya 'nanti dulu', 'bentar lagi', 'lagi tanggung', 'lagi asyik nih bu' dan segala macam alasan lainnya. Dan saya pernah mengalami.
Anak mana sekarang ini yang gak punya gadget. Kalaupun tidak punya, pasti pernah menggunakan entah punya orang tuanya atau punya kakaknya. Dan anak mana sekarang ini yang tidak pernah bermain game di gadget. Pasti pernah. Dari mulai pelosok negeri apalagi di kota-kota besar.
Gawai sudah merupakan kebutuhan. Bahkan membeli kuota sudah seperti membeli kacang goreng. Mungkin lebih baik gak makan daripada gak punya kuota. Astaghfirullah....
Dalam keluarga, dilema anak-anak yang kecanduan gadget pastinya sudah banyak. Namun walaupun anak-anak saya pengguna gadget, tidak sampai kecanduan sih... Farras pernah main Mobile Legend terus, tapi gak lama, bosan dan akunnya malah disebar ke teman-temannya :) Kalau Fayda pakai gadget karena dulu lagi senang main Musically, lalu LIKE, pokoknya aplikasi yang seperti itu lah...
Dalam keluarga, dilema anak-anak yang kecanduan gadget pastinya sudah banyak. Namun walaupun anak-anak saya pengguna gadget, tidak sampai kecanduan sih... Farras pernah main Mobile Legend terus, tapi gak lama, bosan dan akunnya malah disebar ke teman-temannya :) Kalau Fayda pakai gadget karena dulu lagi senang main Musically, lalu LIKE, pokoknya aplikasi yang seperti itu lah...
Dalam kasus yang keasyikan bermain gadget, sehingga jika dipanggil tidak menyahuti, kalau anak-anak saya, jika ayahnya yang sudah turun tangan, pasti reflek langsung menyimpannya, hehehe.... Jadi memang disitulah menurut saya peran antara ayah dan ibu di dalam keluarga. Ada ayah yang disegani dan 'ditakuti' oleh anak-anak, ada ibu yang disayangi dan tempat mengadu anak-anaknya. Dan peran ini sangat penting untuk perkembangan anak-anak di era digital seperti ini. Dulu pun jaman orang tua kita, peran ayah dan ibu seperti ini sangat dibutuhkan oleh anak-anak, apalagi jaman sekarang, era digital, era milenial.
Bahwa
Drone Parenting adalah pola pengasuhan yang mengontrol dan mengawasi anak dari
jauh. Kita mengenal Drone sebagai pesawat kecil tanpa awak yang berbentuk mirip
helikopter yang bisa bergerak bebas di angkasa, namun tetap dikontrol oleh
pengemudi dari jarak jauh dengan menggunakan sebuah remote. Begitu juga dengan pola pengasuhan dengan metode
Drone Parenting ini. Anak-anak dibiarkan bebas bergerak, berekspresi tapi tetap
dalam pengawasan kita dari jauh menggunakan teknologi gadget. Anak-anak bisa
memilih kegiatan apapun yang mereka suka, mereka bisa mengeksplor hal-hal baru.
Hal ini bisa kita pantau melalui media sosial anak-anak, teknologi video call,
dan lainnya yang memudahkan orang tua dalam memantau anak-anak dari jarak jauh,
seperti GPS tracker misalnya.
Seperti kita ketahui, pendidikan sekarang ini menggunakan metode full day school, dimana anak sekolah dari pagi hingga sore hari. Sehingga interaksi kita dengan anak bisa dilakukan malam hari, saat anak sudah capek. Gadget memudahkan kita berkomunikasi dengan anak. Dengan video call saat tidak di dalam kelas, membuat kita tahu anak kita sedang apa, ada kejadian apa, apakah anak kita baik-baik saja ketika di sekolah, bekalnya di makan atau tidak, dll.
Memakai metode Drone Parenting, orang tua memang harus mengenalkan gadget pada anak, namun pengenalan ke arah yang positif. Anak memang akan lebih melek teknologi, tapi tetap diawasi jangan sampai anak kecanduan gadget.
Harapannya, anak berani mengutarakan pendapat dan perasaannya. Anak jadi mudah diajak diskusi bersama orang tuanya, yang akan membuat pikiran anak terbuka.
Hal ini pun saya dan suami saya lakukan pada kedua anak saya. Saya bisa memantau Farras anak saya yang sudah duduk di SMP kelas 1 setiap kegiatannya melalui akun-akun media sosialnya (saya dan suami yang membuat akun dan password medsos anak-anak saya), melalui video call, tapi belum sampai kepada GPS tracker sih....
Tapi saya pun tetap memberikan batasan-batasan pada anak-anak saya dalam menggunakan gadget supaya mereka tidak kecanduan. Mereka menggunakan gadget ketika mereka ingin bermain game, yang waktunya sudah ditentukan, jangan terlalu lama atau membalas pesan-pesan yang masuk melalui whatsApp mereka, DM IG atau lainnya. Bahkan saya dan suami terkadang mencari buku bacaan tentang pelajaran yang bisa langsung dibaca melalui gadget, walaupun tidak selalu. Membaca langsung pada buku lebih baik menurut kami. Tapi tetap terkadang ada hal-hal yang tidak kami dapatkan dari buku, akhirnya mencari dan membaca melalui gadget. Melek teknologi gak berarti harus kecanduan teknologi kan?
Menjadi orang tua di era digital seperti sekarang ini, harus bisa menjadi sahabat bagi keluarganya sendiri, juga sahabat bagi anak-anaknya.
#SahabatKeluarga
Dulu kita pernah mengenal istilah
Helicopter Mom, sekarang ada lagi istilah parenting dengan nama Drone
Parenting. Pernah dengar? Apa sih Drone Parenting itu? Seperti yang saya
kutip dari laman www.sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id, tentang Drone Parenting, Pola Asuh Orang Tua Milenial.
Seperti kita ketahui, pendidikan sekarang ini menggunakan metode full day school, dimana anak sekolah dari pagi hingga sore hari. Sehingga interaksi kita dengan anak bisa dilakukan malam hari, saat anak sudah capek. Gadget memudahkan kita berkomunikasi dengan anak. Dengan video call saat tidak di dalam kelas, membuat kita tahu anak kita sedang apa, ada kejadian apa, apakah anak kita baik-baik saja ketika di sekolah, bekalnya di makan atau tidak, dll.
Memakai metode Drone Parenting, orang tua memang harus mengenalkan gadget pada anak, namun pengenalan ke arah yang positif. Anak memang akan lebih melek teknologi, tapi tetap diawasi jangan sampai anak kecanduan gadget.
Harapannya, anak berani mengutarakan pendapat dan perasaannya. Anak jadi mudah diajak diskusi bersama orang tuanya, yang akan membuat pikiran anak terbuka.
Hal ini pun saya dan suami saya lakukan pada kedua anak saya. Saya bisa memantau Farras anak saya yang sudah duduk di SMP kelas 1 setiap kegiatannya melalui akun-akun media sosialnya (saya dan suami yang membuat akun dan password medsos anak-anak saya), melalui video call, tapi belum sampai kepada GPS tracker sih....
Tapi saya pun tetap memberikan batasan-batasan pada anak-anak saya dalam menggunakan gadget supaya mereka tidak kecanduan. Mereka menggunakan gadget ketika mereka ingin bermain game, yang waktunya sudah ditentukan, jangan terlalu lama atau membalas pesan-pesan yang masuk melalui whatsApp mereka, DM IG atau lainnya. Bahkan saya dan suami terkadang mencari buku bacaan tentang pelajaran yang bisa langsung dibaca melalui gadget, walaupun tidak selalu. Membaca langsung pada buku lebih baik menurut kami. Tapi tetap terkadang ada hal-hal yang tidak kami dapatkan dari buku, akhirnya mencari dan membaca melalui gadget. Melek teknologi gak berarti harus kecanduan teknologi kan?
Menjadi orang tua di era digital seperti sekarang ini, harus bisa menjadi sahabat bagi keluarganya sendiri, juga sahabat bagi anak-anaknya.
#SahabatKeluarga
Saya setuju, menjadi orang tua zaman now itu harus bisa menjadi sahabat untuk anaknya
ReplyDeleteDalam keadaan apapun, orang tua harus tetap memantau anak. Aku baru dengar nih Drone Parenting.
ReplyDeleteiya aku juga memantau secara diam2 tp akhirnya anak juga tahu, kadang suak diejek, mama kepo tapi ya biar saja
ReplyDeleteSepakat mba.. tetep di awasi, dan tetep memberi ruang pada mereka untuk "bergerak".
ReplyDeleteAku juga kadang jengkel dengan gadget ini....tp ya gimana..klo mereka sama sekali nggak ngerti, anak2 ini ntar juga malah kayak ga nyambung klo pas ktmu tmn2nya. Ibarat klo jaman kita dulu yang diobrolin cuma sinetron tv..anak2 sekarang, klo pada ketemu..ngobrolinnya game strategi..😂
Tapi ya itu..klo aku, nggak boleh setiap hari. Sabtu sama minggu aja anak2 agak bisa lamaan pegang hp mba..
Dizaman sekarang ini, kita memang harus mengawasi anak-anak apalagi saat sedang main gadget, komunikasi dengan anak hal yang paling utama ya mba:)
ReplyDeleteera digital orang tua harus faham hal-hal yang digital juga
ReplyDeleteTantangan banget ya mba membesarkan anak di era digital ini. Kita sebagai orang tua mesti ekstra mencari pengalihan perhatian anak anak agar tak melulu pegang gadget
ReplyDeleteSetuju mbak. Teknologi n perkembangan dunia digital gak bisa kita hentikan.
ReplyDeleteYang bisa kita lakukan adalah melakukan pengawasan.
Wahh baru tau nih istilah Drone Parenting.
Makasih sharingnya mbak (",)
Makin banyak aja istilah parenting. Menyesuaikan zaman, ya. :D
ReplyDeleteBelum punya anak tapi entah kenapa sudah mulai khawatir dari sekarang melihat canggihnya era digital. Baca-baca postingan ini penting banget untuk persiapan punya anak nanti. Thank you mba,
ReplyDeletememang dizaman ini perkembangan dunia teknologi memang lagi marak mba, apalagi kalau anak-anak sudah terkena dengan gadget malah kadang susah diatur ,
ReplyDeletesebaiknya saran yang mba bisa lakukan adalah sebuah pengawasan terhadap anak
dan juga makasih mba sharing sangat bermanfaat
Sampai usia awal SD saya masih bisa pegang anak-anak. Begitu menjelang baligh seperti sekarang, mulai deh terasa ilmu parenting saya kurang banyak.
ReplyDeleteDrone parenting barangkali selaras dengan metode mengasuh 'anak bagai tawanan' a la Ali bin Abi Thalib ya, mbak. Diawai ketat tapi tidak selalu mengikat.