Bersepeda Menuju Saung Ende (Bersepeda Part 4)

walau keringetan, tapi happy 😀

Bersepeda Menuju Saung Ende (Bersepeda Part 4). Di Serang waktu itu, Saung Ende sebuah rumah makan yang berkonsep alam, bahkan ada sungai mengalir di dalam rumah makannya, merupakan tempat makan yang lumayan terkenal, padahal rumah makan yang baru dibuka. Karena mungkin mengusung konsep rumah makan alam dan memang tempatnya pun jauh dari hiruk pikuk jalanan. Lokasinya berada di dalam, dekat dengan hutan dan kebun. Dari jalan raya, harus masuk lagi ke dalam dan lumayan jauh dengan jalan yang kecil tapi sudah di aspal. Dan Saung Ende ini menjadi incaran para goweser menuju ke arah sana karena memang kontur tanahnya juga menantang alias nanjak wkwkwk... walaupun ketika para goweser kesana yang otomatis masih pagi, rumah makannya belum buka hehe... 'E' pertama pada kata Ende dibacanya seperti 'E' pada kata 'kesayangan' ya... 😀 Arti kata Ende menurut bahasa Jawa Serang adalah nenek.

Nah.. karena Saung Ende lumayan terkenal di kalangan goweser, saya dan suami pun tertarik dong untuk bersepeda kesana. Seperti biasa, kalau gowes jauh pasti di saat weekend. Dan... tersusunlah rencana bersepeda menuju Saung Ende. 

Perjalanan Menuju Saung Ende

Seperti biasa, sekitar jam 6 pagi kami sudah mulai gowes. Dari rumah, kami bersepeda mengambil arah ke Taktakan (memang rutenya ke arah Taktakan). Rute jalan raya yang lumayan ramai kendaraan dengan jalan raya yang lebar. Jalannya sih bagus, beraspal di sepanjang jalan. Tapi rute ke Taktakan tidak seperti rute bersepeda ke Banten Lama yang datar. Rute ke Taktakan ada tanjakan tapi tidak banyak seperti waktu saya bersepeda ke Tugu Puncak Bukit Sayar dan Desa Kuranji. 

Sempat nyasar waktu belokan, karena kami tidak tahu belokan menuju Saung Ende itu yang mana, bertanya pada warga gak ada yang tahu, ternyata belokannya masih jauh lagi wkwkwk., pantes warga sekitar gak tahu 😊Akhirnya kami menuju jalan utama lagi (balik kanan), untuk mencari belokan menuju Saung Ende. Setelah meraba-raba (menggunakan google map, google map-nya ngaco), akhirnya ketemu juga belokan menuju Saung Ende. Masuk ke jalan yang lebih kecil dari jalan raya, ternyata ada jalan yang sudah hancur tapi tidak banyak, ada juga jalan tanah yang tergenang air jadi becek, karena memang setelah hujan. Tapi Alhamdulillah ketika kami bersepeda, cuaca cerah. Keringat pun mengucur deras. Masuk ke jalan yang lebih sempit, berarti sudah masuk ke perkampungan warga. Sambil bersepeda santai, kami menikmati pemandangan yang masih asri karena masih banyak lahan berupa kebun-kebun. Kami pun melewati tempat pemancingan yang disewakan. Sempat foto-foto juga untuk mengingat bahwa kami pernah bersepeda kesini 😅

Alhamdulillah setelah melewati lika liku perjalanan, akhirnya kami sampai di Saung Ende dengan bersepeda. Kami gak ketinggalan dong sama goweser lainnya hehehe... Seperti yang saya bilang, nyampe Saung Ende, rumah makannya belum buka, jadi kami hanya duduk-duduk di warung dadakan di depan Saung Ende, yang sepertinya mereka berjualan memang khusus untuk para goweser yang datang kesitu. Mungkin mereka memanfaatkan moment, karena tempat makan Saung Ende belum buka, maka warga setempat membuka warung dadakan untuk sekedar minum dan ngemil. Yang belum sarapan juga bisa sarapan disini. Kami pun memesan minuman dan ngemil disini.

Sebetulnya, dari Saung Ende ini, bisa terus masuk ke dalam. Di dalam sana ada hutan dan setelah melewati hutan, ada perkampungan. Di perkampungan itu ada yang menjual lupis enak, dan sudah terkenal juga di kalangan goweser. Saya pun pernah kesitu menggunakan sepeda, tapi ceritanya di lain kesempatan ya, karena gowes kali ini, kami hanya sampai Saung Ende saja.

Setelah dirasa cukup kami duduk-duduk beristirahat sambil minum dan ngemil juga melihat sungai yang berada di dalam Saung Ende tapi bisa terlihat dari luar yang airnya sepertinya sedang surut, kami pun kembali ke arah semula untuk pulang.

Nah... pulangnya ini,  ada tanjakan yang tidak bisa saya gowes (gak kuat wkwkwk), akhirnya sepeda saya dorong a.k.a tuntun 😃 

Setelah sepeda memasuki jalan raya, enaknya ketika pulang banyak turunannya karena waktu berangkat tadi banyak tanjakan. 

Alhamdulillah kami sampai rumah dengan selamat. Enaknya bersepeda itu, selain sambil melihat pemandangan alam yang indah-indah, walaupun badan cape, tapi puas dan happy, juga ke badan terasa segar. Semoga selalu diberi kesehatan sehingga masih bisa terus bersepeda.