Kripik Bawang Mbah |
Foto diatas adalah penampakan Kripik Bawang Mbah saya yang sudah tahunan dan sudah diturunkan ke cucu Mbah, yaitu sepupu saya. Mbah sudah meninggal (Al-Fatihah buat Mbah) dan meninggalkan warisan bisnis home made Kripik Bawang. Kripik bawang ini sudah terkenal enak di kalangan penikmat kripik bawang di Kota Serang. Bahkan kripik bawang Mbah ini sudah dibawa ke luar kota dan luar negeri oleh para pembeli/konsumen kripik bawang Mbah.
Sejarah Kripik Bawang Mbah
Kripik bawang ini tidak memiliki merk dagang sejak dulu. Kemasannya pun seperti pada gambar diatas, sangat sederhana. Sebelum ini bahkan kemasannya hanya di staples saja. Tapi selalu laku keras. Apalagi saat Idul Fitri dan Idul Adha, Bibi (Alm) saya yang setelah Mbah wafat melanjutkan memproduksinya, sampai kewalahan saking banyaknya pesanan yang datang. Mungkin para penikmat kripik bawang tidak mempedulikan kemasan, yang terpenting adalah rasa. Jika memakan kripik bawang Mbah ini, dijamin tidak bisa berhenti :)
Karena memang tidak memiliki merk dagang, maka kami-kami menyebutnya kripik bawang Mbah (khususnya saya). Ada juga yang menamainya dengan kripik bawang Kantin. Karena lokasi pembuatan kripik bawangnya di Kantin (nama daerah/tempat rumah Mbah).
Yang saya dengar, dulu... Mbah Babah (panggilan untuk mbah laki-laki saya) adalah pedagang. Berdagang macam-macam dan berubah-ubah. Entah mengapa Mbah Babah berdagangnya berubah-ubah. Pernah berjualan gula pasir yang katanya saat itu pedagang gula pasir yang sukses. Lalu berganti lagi entah apa, konon katanya sempat bangkrut yang saya tidak tahu karena apa. Menurut Mamah saya, pernah juga berjualan krupuk yang dibuat sendiri.
Lalu yang terakhir adalah kripik bawang ini. Menurut cerita yang saya dengar, Mbah Babah pernah membeli resep kripik bawang ini sewaktu beliau tinggal di Bandung. Iya.. Mbah saya dulu pernah berpindah-pindah tempat tinggal. Pernah di Bandung, Jakarta dan terakhir di Serang. Dulu... selain kripik bawang, Mbah juga membuat Kue Tambang. Atau sering disebut juga kue ulir. Namun semenjak Mbah meninggal, kue tambang tidak dilanjut, hanya kripik bawang saja yang dilanjut. Sayang sih sebenarnya ya... Tapi menurut Bibi saya, katanya membuat kue tambang lebih rumit. Mungkin juga tenaga kerja yang membantunya tidak ada. Kalau dulu... cucu-cucu dan anak-anak Mbah ikut membantu mengulir kue tambangnya. Saya pun pernah ikut membantu.
Membayangkan saat-saat dulu sungguh menyenangkan :)
Mbah Babah lebih dulu wafat, saat itu saya juga masih kecil. Yang membuat kripik bawang adalah Mbah yang perempuan, saya memanggilnya Mbah Kantin. Waktu saya masih sekolah, kalau ke rumah Mbah, Mbah Kantin pasti sedang menggoreng kripik bawang. Mbah Kantin yang kebagian menggoreng kripik bawangnya. Waktu itu Mbah Kantin masih sehat dan kuat. Dengan wajan dan api yang besar, Mbah Kantin setiap hari menggoreng kripik bawang. Sementara yang kebagian mengadoni, menggiling, memotong, menimbang dan membungkus adalah anak-anak Mbah. Ada juga sih tenaga dari luar. Saat itu luar biasa... saling membantu dan bekerja sama, bergotong rotong. Kalau saya ikut membantu Mbah, entah itu sekedar membungkus kripik bawang, atau mengulir kue tambang, saya mendapatkan upah. Senang sekali :)
Setelah Mbah Kantin wafat, maka yang meneruskan bisnis kripik bawang Mbah adalah Bibi saya, anak Mbah (lupa anak yang ke berapa hehe). Bertahun-tahun Bibi saya menjalankan produksi kripik bawang Mbah dan menjadikan penghasilan utama bagi keluarga Bibi. Dan setelah Bibi saya juga wafat (sekitar 1 tahun yang lalu), sekarang kripik bawang dipegang oleh anaknya Bibi saya, yang berarti sepupu saya. Tapi produksi kripik bawang sekarang ini semakin berkurang, tidak setiap hari. Mungkin dua hari sekali baru produksi. Tapi jika Lebaran hendak datang, maka orderan kripik bawang masih saja datang, namun tidak "banjir" orderan seperti saat Bibi saya masih ada.
Menuliskan cerita tentang kripik bawang Mbah saya ini, jadi kangen Mbah :( Semoga Mbah, Apa saya dan semua keluarga besar yang sudah wafat dikumpulkan semua bersama orang-orang sholeh dan sholehah lainnya di surganya Allah. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.
Aamiin...
ReplyDeleteKEripik bawang ini memang enak banget ya mbak, banyak yang suka. Salah satu keripik favorit
Aku belum pernah tahu rasanya sih tapi aku nangkepnya itu kulit pangsit yang dibuat siomay gitu ga sih. Keriuk banget terus digoreng sama bawang dan ditaburi garam, beh mantep.
ReplyDeleteKangen ya mba... Rasanya beda ga mba setelah beliau wafat? Saya suka banget keripik bawang. Mau bentuknya kotak pilih, panjang, dipentuk sama garpu. Pokoknya asal keripik bawang udah pasti ludes hehe.
ReplyDeleteaku suka banget sama kripik bawang mba, apalagi kalau dimakan sama mie ayam atau baso, ga sadar bisa abis sebungkus sendiri wwkkwk
ReplyDeletebiasanya yang legend gini emang yang dicari ya Mbak, sayangnya kok peminat jadi berkurang ya? Mungkin harus digenjot lagi pemasarannya via online kali ya.
ReplyDeletesemoga nanti kripik bawangnya laris manis lagi :)
Kripik kesukaan saya. Oh, namanya Kripik Bawang ya. Di Surabaya kripik ini sering dijual oleh penjual bakso dan bakso cilok. Enak banget dimakan pakai saus. Ayo mbak bangkitkan lagi kripik bawang, kemasannya dikasih label untuk menaikkan nilai jual, hehe
ReplyDeleteAamiin. Al Fatihah buat Mbah dan Mbah aku jugaa. Ahh kripik bawang ini ini emang melegenda banget yaa, aku suka soalnya si Mbahku juga suka bikin.
ReplyDeleteAamiin.
ReplyDeleteBtw asyiknya ya orang-orang punya kenangan makanan dari Mbah, ibu.
Saya dong, punya nenek dulu, kagak pintar masak, hahaha.
Itu nurun ke mama saya dong, fix nggak ada makanan yang bikin kangen dan memorable :D
Mba santi, jujurly saya baru tau keripik bawang ada bemtuk kotak gini setelah menikah. Saat kerumah mertua lebaran pertama jadi mantu, mama mertua minta ambilkan keripik bawang tapi saya ambilnya stik bawang karena dirumah keluarga saya sejak kecil keripik bawang itu panjang. Hehehe walau rasanya sama dan emang benar bikin lupa waktu kalau ngunyah ini.
ReplyDeleteSuka sama semangat usaha Mbah Babah dan Mbah kantin, pantang menyerah. Semoga usaha kripik bawang Mbah yg sekarang diteruskan sama sepupu mbak Santi makin sukses ya mbak aamiin.
ReplyDeletePasti enak nih mbak kripik bawangnya. Saya suka buat camilan saat santai. Pasti kripik bawang buatan almarhum Mbah-nya mbak Santi ini enak, apalagi resepnya diwariskan turun temurun...semoga makin laris dan diminati banyak pelanggan ya mbak...
ReplyDeleteSenengnyaa bisa baca postingan tentang cerita keluarga mbak. Wah krupuk bawangnya pakai resep warisan nih. Kalau dirimu tau resepnya juga gak mbak? Kali mau nerusin produksi juga sekelas UMKM trus kasi merek dagang biar makin banyak yang bisa menikmati krupuk bawang peninggalan mbak ini?
ReplyDeletePeninggalan mbah, maksudnya 😁
DeleteAmin amin amin, aku paling suka kripik bawang. Cemilan enak dan kalau dimakan nggak membosankan. Suka bnget sama kripik bawang
ReplyDeleteSenang sekali dengan usaha dan esep turun temurun.
ReplyDeleteSemoga produksi kripik bawang Mbah Kantin semakin meluas dan dikenal, juga dicintai oleh pecinta cemilan kripik.
Aku suka loh dengan aneka keripik, makanya tergoda banget dengan keripik bawang mbah. Di keluargaku ga ada yang bebikinan kayak gini mba. SEnang juga padahal ya kalau bisa ikut nglarisi dagangan keluarga, terutama untuk jajanan dengan citarasa khas turun temurun gini.
ReplyDelete